BerandaBlog
Kualitas Rumah Dapat Menentukan Kesehatan Mental. Apa Benar?

Kualitas Rumah Dapat Menentukan Kesehatan Mental. Apa Benar?

Bagikan
Kualitas Rumah Dapat Menentukan Kesehatan Mental. Apa Benar?
Des 3, 2025

Kesehatan mental sering dipahami sebagai urusan pikiran dan emosi saja, padahal lingkungan fisik tempat kita tinggal justru punya peran yang sangat besar. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan di mana seseorang mampu menyadari potensinya, mengatasi tekanan hidup yang wajar, bekerja secara produktif, serta berkontribusi pada komunitasnya

Bila definisi ini kita tarik ke konteks rumah, maka jelas: kualitas hunian sangat menentukan kemampuan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari secara optimal.

Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti menemukan hubungan kuat antara kualitas rumah dan kondisi psikologis penghuninya. 

Apalagi di era modern, di mana manusia menghabiskan 60–80% waktunya di dalam rumah, kondisi fisik hunian bukan lagi sekadar preferensi estetik—tetapi komponen penting dari kesehatan.

Artikel ini merangkum berbagai temuan ilmiah terkini dan klasik yang menegaskan bahwa rumah bukan hanya tempat beristirahat: rumah adalah fondasi kesejahteraan mental.

Rumah Faktor Penting Penentu Kesehatan Mental

Dalam sebuah studi populer tahun 2002 oleh John C. Norcross berjudul “Auld Lang Syne”, ditemukan bahwa 46% individu yang menetapkan resolusi tahun baru dan berkomitmen memperbaiki rumah mereka. 

Temuan selain itu adalah, orang-orang tersebut berhasil mempertahankan perubahan positif hingga enam bulan kemudian. Mereka yang berhasil cenderung memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, memiliki keterampilan manajemen perubahan, serta lebih siap menghadapi proses adaptasi.

Temuan ini menunjukkan bahwa memperbaiki atau menata ulang rumah tinggal bukan hanya gaya-gayaan saja, tetapi dapat menjadi pemicu psikologis yang kuat untuk menciptakan perubahan gaya hidup secara keseluruhan. 

Dari pemicu memperbaiki rumah, jika kualitas tempat tinggal bagus, itu juga sejalan dengan kesehatan mental yang baik. Hal ini didukung juga oleh beberapa penelitian sebagai berikut:  

Bukti dari Penelitian “Housing Quality and Mental Health”

Dalam studi berpengaruh berjudul Housing Quality and Mental Health, Gary W. Evans (2003) menemukan bahwa kondisi rumah yang buruk berhubungan langsung dengan peningkatan stres psikologis, kecemasan, hingga depresi

Faktor-faktor seperti kebisingan, ruang yang terlalu padat, ventilasi buruk, dan struktur bangunan yang tidak layak terbukti meningkatkan beban stres kronis.

Evans juga menunjukkan bahwa efek negatif rumah berkualitas buruk bersifat kumulatif: semakin lama seseorang tinggal di lingkungan seperti ini, semakin besar risikonya mengalami gangguan mental. 

Kualitas Lingkungan Dalam Ruangan (IEQ) Sangat Mempengaruhi Psikologi

Dalam publikasi terbaru Indoor Environmental Quality in Architecture: A Review (2024), para peneliti menegaskan bahwa Indoor Environmental Quality (IEQ) atau kualitas lingkungan dalam ruangan. 

Hal ini mencakup tentang cahaya, sirkulasi udara, suhu, material bangunan, kebisingan, dan tata ruang yang akan berdampak langsung pada:

  • Mood
  • Konsentrasi
  • Kualitas tidur
  • Stres

Studi tersebut menunjukkan bahwa pencahayaan alami yang cukup bisa meningkatkan serotonin, sementara ventilasi buruk dan paparan material yang berbahaya dapat memperburuk kecemasan dan kelelahan.

ventilasi dan pencahayaan yang baik di rumah

Ada yang ingin ditanyakan?
Konsultasi GRATIS dengan Kanggo Sekarang
Hubungi Kami

Ketika kualitas lingkungan dalam ruangan menurun, tubuh meresponsnya sebagai ancaman, memicu reaksi stres berkepanjangan.

Mengapa Kualitas Rumah Sangat Mempengaruhi Mental?

1. Kita Menghabiskan Sebagian Besar Hidup di Dalam Rumah

Fakta bahwa manusia menghabiskan 60–80% waktunya di dalam rumah menjadi kunci utama. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di suatu tempat, semakin besar pengaruh lingkungan tersebut terhadap fungsi otak dan emosi.

Ketika rumah gelap, sempit, lembap, atau berantakan, otak menerima sinyal stres setiap hari tanpa henti.

2. Rumah Adalah Tempat Awal Mengatur Emosi

Rumah adalah tempat seseorang memulihkan energi setelah stres dari dunia luar. Jika rumah justru menjadi sumber stres, maka kapasitas regulasi emosi akan menurun, akibatnya seseorang lebih mudah:

  • Marah
  • Lelah
  • Tidak fokus
  • Merasa kewalahan

Penelitian yang telah disebutkan, menunjukkan bahwa hunian yang hangat, terang, dan tertata rapi dapat menurunkan kadar kortisol (hormon stres). 

perempuan yang bahagia dan tidak stres di dalam rumah yang cerah dan bersih

3. Kualitas Rumah Mempengaruhi Interaksi Sosial

Lingkungan rumah yang sempit, bising, atau tidak nyaman dapat membuat seseorang enggan menerima tamu, menghindari interaksi, atau merasa kehilangan privasi. 

Ini dapat memicu keterasingan pada lingkungan tempat tinggal dan faktor risiko besar untuk depresi.

Apa Saja Elemen Rumah yang Penting untuk Kesehatan Mental?

Berbagai penelitian sepakat bahwa beberapa komponen kunci berikut sangat menentukan: 

1. Pencahayaan

Cahaya alami mengatur ritme sirkadian, memengaruhi tidur dan mood. Rumah yang gelap membuat tubuh sulit memproduksi hormon bahagia. 

2. Sirkulasi udara dan kualitas material

Ventilasi buruk mengakibatkan penumpukan CO₂ dan polusi dalam ruangan yang dapat menyebabkan kelelahan serta gangguan pernapasan.

3. Tata ruang

Ruang yang terlalu padat membuat penghuni kurang memiliki zona privasi dan kontrol personal.

4. Kebisingan

Setelah seharian beraktivitas kita pasti membutuhkan ketenangan saat beristirahat. Jika lingkungan sekitar berisik, maka di satu titik kita akan merasa terganggu dan juga stres tanpa disadari.

5. Kebersihan dan Kerapian

Studi psikologi menunjukkan bahwa rumah berantakan meningkatkan hormon stres kortisol terutama pada perempuan.

Oleh karena itu beres beres rumah adalah bentuk self care terhadap diri sendiri dan lingkungan, yang mampu membantu pikiran jadi ikut tenang

beres-beres rumah dapat mengurangi stres

Kualitas Rumah yang Baik Berbanding Lurus

Jika kita rangkum temuan dari Evans (2003) dan IEQ Review (2024), ada pola yang konsisten: Rumah yang sehat membuat pikiran tenang, sedangkan rumah yang buruk menempatkan tubuh dalam mode stres berkepanjangan.

Ketiganya menunjukkan bahwa kualitas rumah mempengaruhi:

  • Regulasi emosi

  • Kesehatan fisik (karena stres memengaruhi imun)

  • Interaksi sosial

  • Produktivitas

  • Kualitas tidur

Dan karena manusia banyak menghabiskan waktu di rumah, efek tersebut menjadi cukup signifikan dan berdampak jangka panjang.

Kualitas rumah bukan sekadar kita tinggal dan tidur atau kenyamanan visual saja, tetapi fondasi penting bagi kesehatan mental.

Dari definisi WHO hingga beberapa penelitian psikologis manusia, kualitas rumah yang baik membantu otak berfungsi optimal. Rumah yang buruk meningkatkan stres dan mengganggu kesejahteraan jangka panjang.

Dengan memperhatikan pencahayaan, ventilasi, tata ruang, ketenangan, dan kebersihan, kita bukan hanya memperbaiki rumah, tetapi juga memperbaiki hidup.

Bagikan
Bacaan Asyik Lainnya
Selengkapnya
Baca Berita
Selengkapnya
Butuh Bantuan?
Tanya Kanggo
Punya pertanyaan atau ingin
konsultasi, kami siap membantu
Hubungi Kami